Lampung Tengah, (titikfocus) – Tidak disangka, perbuatan peduli dan kebaikan yang dilakukan oleh seorang Anggota Satgas TMMD ke-113 Kodim 0411/KM berbuah hikmah mendapatkan ilmu pengetahuan yang memiliki makna yang dalam. Ini terjadi saat Praka M. Nirwansyah membantu sepasang suami istri lanjut usia a.n. mbah Marsam (86 tahun) dan istrinya mbah Poniyem (80 tahun) mengasahkan sebuah arit di Kampung Bina Karya Buana Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah, Senin (23/05)
Sembari mengasah sebuah arit tua yang menjadi sarana utama bagi mbah Marsam dalam aktifitas mencari rumput untuk makanan ternak, Praka M. Nirwansyah mendapatkan pengetahuan yang selama ini tersimpan rapi di sosok tua sederhana tersebut.
“Pak Tentara, ada pepatah yang mengatakan: Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang. Hikmah yang dapat kita ambil dari pepatah tersebut adalah alangkah baiknya sebelum kita meninggalkan dunia yang fana ini, hendaklah masing-masing diri kita berusaha keras untuk mampu meninggalkan jejak kontribusi yang nyata sesuai dengan bidang kompetensinya masing-masing’ ucap mbah Marsam sambil melihat Praka M. Nirwansyah yang sedang mengasah arit miliknya.
“Dilain sisi, kita juga menyadari bahwa yang namanya waktu diibaratkan terbang dengan cepatnya melewati kita. Tanpa terasa hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan bahkan tahun demi tahun terlewati. Yang mungkin lebih parah lagi adalah bersamaan dengan lewatnya waktu, belum satupun atau terlalu sedikit yang telah dimanfaatkan untuk mengukir peninggalan nyata sebelum umur yang dijatahkan untuk diri kita mencapai batas akhir,” tambah dia.
Dirinya juga mengartikan, makna percontohan sebuah arit yang tajam dan dipergunakan sebagaimana mestinya, sama seperti dalam kehidupan masing-masing individu.
“Telah menjadi pemahaman umum bahwa masing-masing diri mempunyai kompetensi unggulan dan antara satu orang dengan yang lain belumlah tentu sama kompetensi unggulan yang dipunyai. Jika diibaratkan mata arit, umumnya satu sisi mata akan tajam dan sisi yang lain tumpul. Mengetahui sisi mata arit yang tajam tentulah akan bisa dimanfaatkan.
Dengan sisi yang tajam tersebut kita bisa memotong, mengiris dan menebas sesuai keinginan. Jika dilakukan dengan tepat, hasil potongan, irisan dan tebasan sudah tentu dapat menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Sebaliknya, jika kita gunakan bagian sisi yang tumpul, hasilnya dapat kita tebak, tentulah tidak maksimal karena sisi yang tumpul bukan untuk mengiris, memotong dan menebas,” ucapnya.
Lanjut dia, menerangkan pula filosofi dari sebuag arit bagi kehidupan.
“Bagi orang-orang yang dikaruniakan akal dan fikiran, suatu keharusan bagi pemilik arit tersebut untuk tetap diasah sisi tajamnya agar terus bermanfaat. Jika secara rutin kita mengasahnya maka hari demi hari akan semakin tajam. Lalu bagian yang tidak tajam atau tumpul jagalah kodrat ketumpulannya, karena itu merupakan kekuatan agar arit tidak menjadi tipis dan mudah patah, bagian tumpul hakikatnya adalah perisai untuk tetap menjaga ketebalan sang arit,” mbah Marsam terus mewejangkan filosofi mengasah arit.
“Sisi tajam adalah kemampuan diri kita, manfaatkanlah, dan bagian tumpul adalah kekurangan diri kita, maka jadikanlah sebagai kodrat untuk selalu mengintropeksi diri sendiri, tumpul yang bermakana kekurangan diri ini sebenarnya adalah pelindung sisi tajam agar tidak mudah dipatahkan, dengan kata lain banyak diantara kita yang terlena akan ketajaman sehingga menjadi sombong dan pada akhirnya membawa kepada kefatalan dan kerugian,” tutupnya. (rls).